Abstract
Hingga saat ini NTT merupakan daerah endemis malaria. Setiap tahun dilaporkan bahwa malaria merupakan salah satu penyakit infeksi terbanyak yang menyerang populasi di NTT dan merupakan kendala yang harus dipecahkan dalam rangka pembangunan sumber daya manusia dan peningkatan sosial ekonomi masyarakat NTT. Telah dilakukan penelitian pengobatan malaria dengan klorokuin pada grup ibu hamil dibandingkan dengan grup ibu tidak hamil. Penelitian ini mempunyai tujuan umum untuk mencegah kematian, menekan kesakitan serta kerugian sosial ekonomi yang ditimbulkan penyakit malaria, dan menurunkan tingkat komplikasi obstetri yang sering timbul pada ibu-ibu yang melahirkan dan mempunyai tujuan khusus untuk membuktikan risiko timbulnya malaria yang resisten klorokuin pada ibu hamil dengan malaria positif dibandingkan dengan kelompok wanita tidak hamil dengan malaria positif yang diberikan terapi dengan klorokuin sesuai dosis standar Departemen Kesehatan. Penelitian ini menggunakan dua grup yaitu grup pertama adalah ibu hamil dengan malaria falciparum positif. Kedua grup dilakukan pemeriksaan darah malaria secara serial pada hari I (saat diagnosa), hari III (selesai pengobatan), hari ke 7 (4 hari selesai pengobatan), hari 28 dan saat partus (bagi grup I). Dengan diketahuinya tingkat kepositipan parasi dalam darah, resistensi hasil pengobatan dapat ditentukan. Grup ibu hamil terdiri dari 49 responden dan kelompok kontrol sebanyak 67 responden. Kedua grup cukup memenuhi syarat untuk dibandingkan. Dari kedua grup, keluhan subyektif dan temuan obyektif pemeriksaan fisik hampir sama. Pada grup wanita didapatkan 16 responden (32,7%) mengalami resistensi dan pada grup kontrol didapatkan 3 responden (4,5%) terjadi resistensi. Terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik dalam hal tingkat resistensi antara grup wanita hamil dan grup wanita tidak hamil dengan x=16,4 dengan p<0,01 dan didapatkan RR sama dengan 7,29%. Usia kehamilan tidak mempunyai kaitan dengan pola resistensi dimana didapatkan angka X=0,44 dengan p>0,05. Sedangkan perbedaan distribusi usia responden wanita hamil tidak bermakna secara statistik terhadap timbulnya resistensi. Masih perlu diteliti lebih lanjut mengenai penyebab timbulnya resistensi ini apakah karena faktor kehamilan, faktor parasit malaria (Plasmodium falciparum), faktor obat atau faktor tersebut secara kumulatif atau faktor-faktor lainnya.