Abstract
Latar Belakang: Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) dapat berakibat pada penurunan kualitas sumber daya manusia. Penderita GAKI anak memiliki kapasitas mental di bawah normal, daya motorik dan keterampilannya cenderung terbelakang dan intelegensinya sangat kurang. Penderita GAKI dengan gangguan fungsi kognitif dan motorik yang memiliki keterbatasan kognitif dan fisik dalam kehidupannya juga membutuhkan hubungan dengan orang lain meskipun proses dan cara mereka berhubungan sosial berbeda dengan kebanyakan orang normal pada umumnya. Dengan demikian, kemandirian sosial penderita GAKI menjadi hal yang penting untuk dikaji karena mereka memiliki keterbatasan dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kemandirian sosial penderita GAKI anak dengan hambatan tumbuh kembang dan peran keluarga dalam menumbuhkan kemandirian sosiai penderita GAKI anak. Metode: Observasi partisipatif selama enam (6) hari, wawancara mendalam terhadap semua anggota rumah tangga untuk mengetahui praktik komunikasi, interaksi supyek dan pola sosialisasi ke1uarga sehari-hari dan didukung dengan tes psikologi berupa tes VSMS bagi semua subyek untuk mengetahui kematangan sosia1 dan tes binet untuk subyek dengan gangguan kognitif. Hasil data kualitatif dianalisis dengan menggunakan studi fenomenologi. Hasil: Subyek dengan gangguan motorik memiliki kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain sesuai dengan jenjang usianya, sementara subyek dengan gangguan kognitif hanya melakukan komunikasi dan interaksi secara terbatas dalam lingkup keluarga. Hal ini dikarenakan kemampuan komunikasi yang terbatas, penerimaan masyarakat yang kurang dan upaya orang tua untuk mengembangkan kemandirian sosial anak dengan cara membiasakan anak berbaur dengan lingkungan sosial sekitar masih kurang. Dalam hal ini, pencapaian aspek kemandirian sosial penderita GAKI anak dengan gangguan motorik lebih baik dibandingkan penderita GAKI anak dengan gangguan kognitif.