Abstract

Jamu gendong merupakan salah satu obat tradisional yang banyak dikonsumsi masyarakat namun informasi tentang mutu jamu gendong tidak banyak diketahui. Dilakukan penelitian ini untuk mengetahui mutu pengolahan jamu gendong dengan mengkaji pengetahuan, perilaku pembuat dan penjaja jamu gendong serta memeriksa mikrobiologi sampel jamu. Penelitian dilaksanakan di Kotamadya Surabaya di 5 wilayah kerja puskesmas dengan jumlah sampel 20 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam unruk mengumpulkan informasi pengetahuan dalam pembuatan jamu gendong, observasi perilaku pengolahan jamu, serta pemeriksaan mikrobiologi untuk mengetahui pencemaran jamu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan tentang kebenaran dan penanganan bahan baku cukup baik, namun kurang untuk pengetahuan tentang pengolahan jamu yang higienis. Perilaku sebagian besar responden dalam pembuatan jamu kurang memenuhi persyaratan higiene dengan alat dan wadah yang terbatas jumlahnya sedangkan penanganan alat dan wadah cukup baik. Sebagian besar responden tinggal di kamar kontrakan di daerah padat penduduk dengan sanitasi lingkungan kurang baik. Pencemaran jamu tinggi, terbukti dari hanya 2 dari 20 sampel jamu yang diperiksakan memenuhi kedua persyaratan batas maksimum pemeriksaan UT, MPN Coliform, seluruhnya tercemar jamur, namun seluruhnya bebas dari E. coli. Penelitian ini menyimpulkan bahwa mutu jamu gendong (sampel penelitian) yang disejajarkan dengan minuman ringan sebagian besar kurang memenuhi persyaratan mutu meskipun belum diketahui tentang pencemaran terhadap bakteri patogen. Keadaan ini dapat disebabkan karena higiene perorangan pembuat jamu yang kurang baik, keterbatasan dalam pengadaan alat dan sarana, perilaku pengolahan jamu yang tidak memenuhi persyaratan kebersihan, serta fasilitas lingkungan yang kurang baik. Dari hasil penelitian ini disarankan untuk meningkatkan pengetahuan dan ket ram pilan tentang pembuatan jamu yang higienis melalui pelatihan, serta meningkatkan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh puskesmas sebagai penanggung jawab di wilayah kerjanya.