Abstract
Penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM), Sistem Manajemen Lingkungan (SML) dan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada pengelolaan proyek konstruksi merupakan suatu keharusan dan harus berorientasi kepada peningkatan berkelanjutan. Industri konstruksi menggunakan semua sumber daya ekonomi, sosial, dan lingkungan yang berada pada titik kritis sehingga mereka harus harmonis dan efisiensi. Industri konstruksi telah terbukti menyebabkan berbagai dampak lingkungan dan pemborosan energi. Pengembangan model integrasi proses yang menjadi tujuan penelitian ini diusulkan agar penerapan sistem manajemen yang ada berdampak signifikan pada peningkatan keberlanjutan proyek konstruksi terutama pada aspek penurunan risiko ekonomi, sosial dan lingkungan, penyelenggaraan organisasi yang baik, transparan dan akuntabel, optimalisasi sumber daya, penerapan penghargaan dan hukuman, dan pengembangan inovasi teknologi baru. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus pada penerapan sistem manajemen dalam pengelolaan proyek konstruksi di perusahaan milik negara bidang pekerjaan umum. Proses integrasi sistem manajemen dengan klausul dan sub klausul dalam struktur ISO:2015 mempengaruhi sistem untuk mencapai peningkatan berkelanjutan. Hubungan antar klausul integrasi proses saling mempengaruhi dalam pendekatan PDCA yang merupakan struktur utama standar sistem manajemen. Komitmen dan kepedulian pimpinan menjadi faktor paling penting dalam sistem manajemen untuk mencapai peningkatan berkelanjutan. Kepemimpinan, kebijakan dan perencanaan merupakan faktor penting keberhasilan penerapan integrasi proses. Model integrasi proses sistem manajemen dengan model yang diusulkan dalam penelitian ini dapat dilaksanakan pada tingkat penerapan standar sistem manajemen yang berbeda-beda. Kata kunci : penerapan sistem manajemen, pengelolaan proyek konstruksi, model integrasi proses, peningkatan berkelanjutan.