Abstract
Latar Belakang : Pengelolaan obat harus dikelola secara efisien untuk menghindari segala bentuk pemborosan termasuk stok obat berlebih dan kadaluarsa. Pemborosan ini akan mempengaruhi pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. Permasalahan seperti stok obat berlebih dan kadaluarsa terjadi di DKK Pariaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya stok obat kosong namun dilain pihak terdapat stok obat berlebih belum diketahui dengan jelas.Tujuan Penelitian : Untuk mengevaluasi perencanaan obat di DKK Pariaman tahun 2010-2011Metode Penelitian : Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan case study. Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif dikumpulkan dengan cara pengamatan terhadap dokumen yang berkaitan dengan perencanaan obat tahun 2010 dan ketersediaan obat pada tahun 2011 dan instrumen stratifikasi pengelolaan obat yang diisi oleh Kepala GFK. Data kualitatif diperoleh dari wawancara mendalam dengan Kepala DKK, Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P), Kepala GFK, Kepala Puskesmas, pengelola obat puskesmas Kota Pariaman, Kasie. Wasfarmakmin dan Kasubag. Perencanaan dan Pelaporan di DKK Pariaman. Analisis dilakukan dengan mendeskripsikan transkrip hasil wawancara mendalam, hasil stratifikasi pengelolaan obat, hasil observasi dokumen dan mencocokkan/triangulasi data dari hasil yang telah diperoleh.Hasil Penelitian : Proses perencanaan obat belum dilaksanakan sepenuhnya sesuai pedoman Kemenkes dan WHO. Perencanaan hanya dilakukan dengan metode konsumsi dan bukan metode morbiditas serta tidak menggunakan analisis VEN-ABC karena tidak mengerti bagaimana perhitungan dengan cara tersebut. Management support belum mendukung perencanaan obat di DKK Pariaman karena kurangnya pelatihan penghitungan kebutuhan obat di DKK Pariaman karena kurangnya pelatihan penghitungan kebutuhan obat di SDM dan SIM yang ada belum memadai, serta belum adanya pedoman pengobatan dasar yang disepakati bersama. Indikator ketersediaan obat tahun 2011 menunjukkan bahwa ketepatan perencanaan obat di DKK Pariaman pada tahun 2010 adalah 5,1%, ketersediaan obat pada tingkat aman 15,3%, kesesuaian obat dengan DOEN 78,8%, ketersediaan obat sesuai kebutuhan 89%, obat berlebih 80,0%, obat kosong 11,0%, stok mati 4,7% serta obat rusak/ED berjumlah Rp49.251.783,92,-.Kesimpulan : Proses perencanaan obat di DKK Pariaman belum tepat, karena management support pada SDM dan SIM yang belum memadai, menyebabkan tingginya tingkat ketersediaan obat dan banyaknya obat kadaluarsa.Kata Kunci : Evaluasi, perencanaan obat, management support, ketersediaan obat, dinas kesehatan kota.